03 Februari 2010

MASA RAYA PASKA DAN PERAYAAN-PERAYAANNYA

Oleh : Rasid Rachman


PENDAHULUAN
Paska telah dekat. Gereja-gereja agak sibuk mempersiapkan diri. Masyarakat di Rio de Jeneiro, seperti tahun-tahun lalu, ada karnaval. Di Prancis ada le Mardi Gras dan di Italia ada il Martedi Grasso. Semua nama tersebut (berarti Selasa daging) adalah pesta rakyat menyambut musim semi dan Paska; tanda Paska tinggal kurang beberapa hari lagi. Namun mempersiapkan Paska tidak sesibuk mempersiapkan Natal. Berbeda dengan Natal 24-25 Desember yang hanya dirayakan oleh sebagian umat Kristen di seluruh dunia, Paska dirayakan oleh semua umat Kristen di seluruh dunia. Bahkan umat non-Kristen pun merayakan Paska lebih dahulu daripada orang Kristen. Umat Yahudi telah merayakan Paska sejak sebelum Masehi. Dari Paska Yahudi, gereja mewarisi perayaan Paska tersebut.

KALENDER MASA RAYA PASKA
Berbeda dengan Natal 24-25 Desember yang dirayakan oleh sebagian umat Kristen di seluruh dunia pada tanggal yang sama, Paska dirayakan oleh semua umat Kristen di seluruh dunia dengan tanggal yang berbeda.
Masa Raya Paska dimulai pada Rabu Abu. Tahun 2010 ini Rabu Abu jatuh pada 17 Februari. Walaupun beberapa Gereja sudah memulai Prapaska pada tanggal 14 Februari, umumnya 14 Februari ini masih disebut Minggu Transfigurasi (Yesus dimuliakan bersama Musa dan Elia). Hari Selasa sebelum Rabu Abu – bagi beberapa kebudayaan - adalah karnaval (carni = daging; vale = selamat tinggal; carnivale = pesta perpisahan makan daging, sebab orang berpuasa makan daging selama Prapaska).
Hari Rabu itu (kemudian menjadi Rabu Abu) adalah 40 hari sebelum Paska; hari-hari Minggu tidak dihitung. Angka 40 menjadi simbolik bagi Gereja sebagai masa persiapan dan ujian. Yesus berpuasa 40 hari sebelum memulai pelayanan-Nya. Gereja juga berpuasa pada waktu itu. Oleh karena itu, memulai masa Prapaska pada Rabu Abu atau memulai Minggu Prapaska setelah Rabu Abu adalah lebih tepat ketimbang sebelumnya. Konsekuensinya, jumlah Minggu Prapaska menjadi (hanya) 6 hari Minggu.

Yang istimewa dalam Rabu Abu adalah memoleskan abu di dahi. Abunya berasal dari daun-daun kering yang telah dibakar. Abu ini kemudian distempelkan di dahi umat atau memoleskannya sendiri pada sebelum liturgi persembahan atau sambil berjalan keluar ketika ibadah selesai.
Setelah itu, gereja memasuki Minggu-minggu Prapaska I hingga Minggu Prapaska V. Ini berhubungan dengan musim semi (=lenten) di Eropa. Yang istimewa adalah hiasan bunga-bunga tanda dimulainya musim semi, warna hijau, ungu, dan sedikit merah, boleh menghiasai ruang liturgi, dari jumlah yang sedikit dan biasa-biasa, kemudian meningkat setiap hari Minggu Prapaska hingga Paska.
Khusus Minggu Prapaska VI, disebut pula Minggu Palem dan Sengsara. Hari itu istimewa, dirayakan dengan prosesi daun palem di awal ibadah dan pembacaan kisah sengsara menurut Injil Sinoptik.
Minggu Palem dan Sengsara adalah pembuka Pekan Suci, yakni pekan terakhir Prapaska, di mana di dalamnya dilakukan berbagai peringatan dan prosesi sengsara, kematian, dan kebangkitan Kristus. Dalam pekan suci ada Kamis Putih, di mana dilakukan ritus istimewa: saling mencuci kaki (dan perjamuan kudus). Hari ini gereja diingatkan kembali akan perintah yang baru (mandatum novum) dari Yesus supaya saling mengasihi dan tuan menjadi hamba yang mencuci kaki (Yoh 13).
Menjelang puncak dalam masa raya Paska adalah Jumat Agung, yakni ketika “mempelai pria diambil dari antara mereka, pada waktu itu mereka berpuasa” (bnd Mat 9:14-15; Mrk 2:18-20;Luk 5:33-35). Adalah lebih elok jika pada waktu “berpuasa” ini gereja tidak merayakan perjamuan kudus. Yang istimewa: pembacaan kisah sengsara menurut Yohanes 18-19 dan prosesi salib.
Sebagaimana Injil Lukas mempersaksikan, liturgi hari Minggu Paska pagi sedikit berbeda dengan malam. Pada pagi hari, Yesus baru bangkit. Namun kebaktian petang diisi dengan tema Yesus menampakkan diri dalam perjalanan ke Emaus. Yang istimewa: ritus cahaya (ibadah fajar), baptisan (jika ada), dan perjamuan kudus. Setelah berpuasa, kini gereja merayakan kemenangan iman dengan perayaan perjamuan.
Hari Minggu-minggu berikut disebut Minggu-minggu Paska II - VII, bukan Minggu-minggu setelah Paska. Pemahamannya: Paska baru dimulai pada hari Minggu Paska ini dan berlangsung selama 50 hari hingga Pentakosta. Suasana kebangkitan dapat digunakan dalam liturgi, misalnya umat berdiri pada setiap kali berdoa.
Di tengah Minggu-minggu Paska, ada hari raya Yesus Naik ke Sorga. Tidak ada ritus istimewa pada hari ini, namun tetap dimungkinkan untuk merayakan perjamuan. Setelah hari itu adalah pekan doa novena (nove = sembilan; nocta = malam; novena = sembilan malam). Kitab Kisah Para Rasul (1:14) mempersaksikan bahwa para Rasul berdoa bersama setelah Yesus naik ke Sorga. Selama sembilan malam pula, gereja berdoa hingga Pentakosta. Ibadah doa di sini lebih bercorak ibadah harian. Tahun 2010 ini, novena jatuh pada tanggal 14 – 22 Mei.
Jika Paska adalah puncak masa raya, maka hari raya Pentakosta (50 hari setelah Paska) adalah mahkota masa raya Paska. Sangat dimungkinkan apabila ada diistimewakan dengan peneguhan sidi dan perjamuan kudus. Ruang gereja pun dapat dihiasi dengan hasil panen, hasil bumi, untuk mengiringi persembahan syukur tahunan.

PENUTUP
Dengan mengikuti dan memahami tahun liturgi, kita dapat menghayati perziarahan batin dalam kisah Kristus dua ribu tahun lalu. Pengajaran, pesan, berita, dan pengharapan terangkai dalam prosesi tersebut. Bahwasanya karya penyelamatan Allah dialami secara unik pada setiap hari raya. ˚

*) Makalah disampaikan dalam Bina Liturgi di Klasis Jakarta Barat yang dilangsungkan di GKI Kedoya pada Sabtu, 30 Januari 2010 pukul 09.00 - 11.20.