20 Januari 2011

LUTHER DAN NYANYIAN ANAK

Oleh: Rasid Rachman


Orang tak banyak mengetahui bahwa Reformator gereja: Martin Luther (1483-1546), adalah pencinta musik gereja dan pencinta anak-anak sekaligus. Kedua kombinasi ini mencitrakan Luther sebagai seorang Pendeta dan teolog yang memperhatikan dua hal penting dalam kehidupan berjemaat, dan ia memadukannya menjadi sebuah harmoni bagi pembangunan jemaat. Dengan harmoni tersebut, jemaat bertumbuh menjadi lebih cerdas secara kualitas dan terasah hati nuraninya – kecerdasan dan hati nurani adalah dua aspek penting bagi setiap orang Kristen.
“Seandainya saya mempunyai anak-anak dan saya sanggup,” begitu katanya sebelum menikah dengan Katharina von Bora pada tahun 1525, “saya berusaha supaya mereka tidak hanya diberi pelajaran bahasa dan sejarah, tetapi juga seni suara dan musik selaku bagian dari seluruh matematika.”
Salah satu hasil perpaduan serasi tersebut adalah terciptanya nyanyian anak bertema Natal pada tahun 1534, yakni: Vom Himmel hoch da komm ich her (KJ 98 “Jauh dari Sorga Datangku”). Nyanyian jemaat berbahasa asli Jerman ini terdiri dari 15 bait – cukup banyak ya – dan sederhana, baik syair maupun lagunya. Setiap baitnya hanya terdiri dari empat kalimat musik dan setiap kalimat musik hanya terdiri dari masing-masing delapan metrik. Dengan demikian pola nyanyian ini adalah 8.8.8.8. Lagu dari nyanyian ini berasal dari pedagang keliling yang kemudian diubah syairnya oleh Luther. Nyanyian sederhana dan pendek ini berkualitas tinggi dan indah – yang indah itu seringkali tecermin dalam kesederhanaan.
Bait-bait yang berjumlah 15 itu dinyanyikan oleh Luther dengan cara menarik, yakni alternatim atau bergilir ganti. Anak-anak Luther, semuanya berjumlah enam, bernyanyi bergantian, sehingga gambaran seluruh nyanyian ini bagaikan drama keluarga. Si sulung menyanyikan bait 1 sampai 5, semua anak menyanyikan bait 6, lalu si bungsu khusus menyanyikan bait 7. “Dalam palungan lihatlah betapa manis tidur-Nya. Siapa itu yang lembut? Itulah Yesus, Kawanku!” begitu bunyi bait 7. Kemudian setiap anak kembali menyanyikan masing-masing bait 8 sampai 14, dan bait ke-15 dinyanyikan oleh seluruh keluarga Luther. Tentu, Natal keluarga itu menjadi indah, hangat, dan romantis.
Lagu ionis – yakni tonika “do” – dari nyanyian malaikat ini pun intersan. Lagunya dimulai dari nada tinggi, kemudian berakhir dengan nada 1 oktaf di bawahnya. Frasering ke-2 dan ke-3 di tengah lagu berfrasering empat ini laksana malaikat dari atas yang melayang-layang lebih dahulu sebelum mendarat di bumi. Ditambah dengan penutup syair dalam bait pertama: “’ku ingin menyanyikannya!” laksana ajakan kepada semua orang untuk turut merasakan dan memberitakan kabar gembira tentang kedatangan Sang Anak tersebut.
Hingga kini, Gereja Reformasi merupakan gereja yang memperhatikan nyanyian jemaat dan pendidikan kepada anak. Kecintaan kepada musik dan anak merupakan modal kehidupan dan pertumbuhan budaya manusia. ˚

Pustaka acuan
H.A. Pandopo, Luther: Si Bulbul dari Wittenberg, BPK GM dan Yamuger 1983.
Yamuger, Mazmur dan Nyanyian Jemaat, 1999.

Tidak ada komentar: